Kesepakatan Bersama Yang Menggoyahkan Kondisi Finansial Keluarga - Membicarakan pernikahan tak lepas dari bahasan mengenai hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan selain kebutuhan upacara pemberkatan perkawinan dan pesta pernikahan itu sendiri. Pernikahan bukan hanya mengenai pelepasan status lajang menjadi resmi suami dan istri, ada banyak hal yang harus benar-benar dipikirkan, dipersiapkan secara matang, dan tentu saja hal ini menuntut kesiapan mental dari Anda dan pasangan selaku subjek yang akan menghadapi semua permasalahan dari pernikahan sebagai konsekuensi untuk membentuk sebuah keluarga.
Salah satu hal yang penting dan sejujurnya memang hal utama selain mental adalah persiapan finansial untuk keluarga Anda nantinya. Persiapan finansial ini bukan hanya mengenai kebutuhan hidup berdua namun juga calon anggota keluarga lainnya yaitu anak Anda. Belum lagi ada beberapa urusan lain yang sebaiknya juga dimiliki sebagai antisipasi dan proteksi terhadap keluarga, yaitu asuransi. Bermacam-macam kebutuhan yang dasarnya harus dipenuhi ini tak jarang menimbulkan tekanan pada setiap pasangan suami dan istri baru ini. Bila boleh jujur, sejatinya tidak pernah ada pasangan yang siap seratus persen dalam menjalani sebuah komitmen yaitu menikah dan membangun keluarga. Sekalipun keduanya telah mapan dalam hal finansial, mental harus siap secara dinamis untuk dapat menghadapi segala terpaan dalam dinamika berkeluarga.
Mari fokuskan pembahasan pada topik finansial yang jelas menjadi topik yang cukup krusial dalam urusan pernikahan. Akuilah ketika Anda akan menikah, Anda merasa siap tidak siap untuk hidup sepenuhnya menerima pasangan Anda apa adanya sungguh-sungguh apa adanya. Perbedaan latar belakang keluarga, pendidikan, karir, dan hal-hal lainnya tak jarang menjadi ‘penggoda’ bagi Anda untuk berpikir ulang mengenai komitmen berkeluarga ini. Bagaimana bila pernikahan ini gagal? Bagaimana bila ternyata suami dan istri selama ini tidak siap untuk berkomitmen jangka panjang? Bagaimana bila pasangan suami dan istri ini tidak sanggup berjuang bersama? Semua akan muncul ketika Anda semakin dekat dengan tanggal pengesahan atau hari pernikahan. Wajar, karena Anda akan seumur hidup menjalani keseharian dengan orang yang sama, menghadapi masalah dengan orang yang sama, mungkin akan muncul cekcok berulang dari orang yang sama. Bahkan bisa dikatakan pernikahan itu sebuah komitmen yang membosankan.
Namun tidak semua pasangan suami istri pada akhirnya bisa terus memegang komitmennya, apalagi komitmen yang dibuat merupakan janji jangka panjang yang harus ditepati secara disiplin. Meski beberapa orang mungkin akan berpendapat bahwa ketidakdisiplinan untuk menepati janji bersama ini wajar mungkin karena jenuh, namun janji tetaplah janji yang harus ditepati. Entah ada alasan apa, ada faktor luar apa, kesepakatan ini bagai kontrak tanpa batas waktu. Setidaknya, terdapat 5 hal yang merupakan kebijakan dan kesepakatan bersama pasangan suami dan istri mengenai aturan main finansial mereka yang justru berpotensi menggoyahkan keuangan Anda dan pasangan. Apa saja? ini dia!
Sebelum memutuskan untuk berhutang entah pada bank, lembaga keuangan non bank, atau kepada keluarga persiapkan lebih dahulu mengenai jumlah keluarga (jumlah anak yang akan hadir), luas rumah, kebutuhan ruangan, dan lain-lain. Ini akan berpengaruh pada jumlah pinjaman yang akan Anda dapatkan dan secara tidak langsung juga kepada jumlah bunga hutang yang harus dibayarkan. Jangan sampai Anda asal dalam meminjam namun pada akhirnya kesulitan dalam pengembalian hutang beserta bunga hutang akibat pendapatannya tidak menutupi. Jangan lupa untuk memperhitungkan biaya hidup selama masa pembangunan rumah (bila ingin membangun rumah).
Baik pasangan yang bekerja atau Anda yang mengurus anak, keduanya akan sama-sama merasakan tekanan yang cukup besar untuk ditanggung berdua. Belum lagi bila Anda sendiri memiliki perasaan malu yang cukup besar terhadap pasangan ketika tidak memiliki pendapatan. Maka dari itu, pertimbangkan dari awal bahkan sebelum memiliki anak. Berapa dana darurat yang harus siap, berapa nominal minimal yang harus ada di tabungan, baik itu tabungan pribadi maupun tabungan bersama. Hal-hal ini penting untuk mencegah kekurangan dana untuk hidup dan mencegah tekanan yang mungkin muncul.
Kesepakatan Bersama Yang Menggoyahkan Kondisi Finansial Keluarga |
Salah satu hal yang penting dan sejujurnya memang hal utama selain mental adalah persiapan finansial untuk keluarga Anda nantinya. Persiapan finansial ini bukan hanya mengenai kebutuhan hidup berdua namun juga calon anggota keluarga lainnya yaitu anak Anda. Belum lagi ada beberapa urusan lain yang sebaiknya juga dimiliki sebagai antisipasi dan proteksi terhadap keluarga, yaitu asuransi. Bermacam-macam kebutuhan yang dasarnya harus dipenuhi ini tak jarang menimbulkan tekanan pada setiap pasangan suami dan istri baru ini. Bila boleh jujur, sejatinya tidak pernah ada pasangan yang siap seratus persen dalam menjalani sebuah komitmen yaitu menikah dan membangun keluarga. Sekalipun keduanya telah mapan dalam hal finansial, mental harus siap secara dinamis untuk dapat menghadapi segala terpaan dalam dinamika berkeluarga.
Mari fokuskan pembahasan pada topik finansial yang jelas menjadi topik yang cukup krusial dalam urusan pernikahan. Akuilah ketika Anda akan menikah, Anda merasa siap tidak siap untuk hidup sepenuhnya menerima pasangan Anda apa adanya sungguh-sungguh apa adanya. Perbedaan latar belakang keluarga, pendidikan, karir, dan hal-hal lainnya tak jarang menjadi ‘penggoda’ bagi Anda untuk berpikir ulang mengenai komitmen berkeluarga ini. Bagaimana bila pernikahan ini gagal? Bagaimana bila ternyata suami dan istri selama ini tidak siap untuk berkomitmen jangka panjang? Bagaimana bila pasangan suami dan istri ini tidak sanggup berjuang bersama? Semua akan muncul ketika Anda semakin dekat dengan tanggal pengesahan atau hari pernikahan. Wajar, karena Anda akan seumur hidup menjalani keseharian dengan orang yang sama, menghadapi masalah dengan orang yang sama, mungkin akan muncul cekcok berulang dari orang yang sama. Bahkan bisa dikatakan pernikahan itu sebuah komitmen yang membosankan.
Kesiapan Finansial
Berbicara mengenai kesiapan finansial dalam keluarga, tidak jarang beberapa pasangan suami istri menyepakati komitmen untuk membicarakan bersama mengenai arus aliran kas pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan bersama. Beberapa dari mereka bersedia terbuka untu mengatakan bahwa setiap pribadi dari mereka ingin diperbolehkan memiliki rekening tabungan pribadi yang jelas penggunaannya bersifat pribadi dan pasangan tidak boleh terlalu ikut campur terhadap uang dalam rekening tabungan pribadi. Pada awal kesepakatan ini terlihat begitu mulus, kedua belah pihak sama-sama menyetujui adanya komitmen bersama ini.Namun tidak semua pasangan suami istri pada akhirnya bisa terus memegang komitmennya, apalagi komitmen yang dibuat merupakan janji jangka panjang yang harus ditepati secara disiplin. Meski beberapa orang mungkin akan berpendapat bahwa ketidakdisiplinan untuk menepati janji bersama ini wajar mungkin karena jenuh, namun janji tetaplah janji yang harus ditepati. Entah ada alasan apa, ada faktor luar apa, kesepakatan ini bagai kontrak tanpa batas waktu. Setidaknya, terdapat 5 hal yang merupakan kebijakan dan kesepakatan bersama pasangan suami dan istri mengenai aturan main finansial mereka yang justru berpotensi menggoyahkan keuangan Anda dan pasangan. Apa saja? ini dia!
1. Membeli Rumah Baru
Memiliki rumah sendiri merupakan impian setiap pasangan baru dan kerap menjadi dasar dalam membangun kerajaannya sendiri-sendiri. Keputusan ini jelas merupakan keputusan hasil rundingan bersama antara suami dan istri. Anda mungkin akan merasa campur aduk antara senang dan tertekan. Senang karena memiliki rumah baru, tertekan karena mungkin pendanaan Anda kurang sehingga Anda harus melakukan pinjaman – yang tentu saja akan menimbulkan kewajiban pembayaran bunga hutang.Sebelum memutuskan untuk berhutang entah pada bank, lembaga keuangan non bank, atau kepada keluarga persiapkan lebih dahulu mengenai jumlah keluarga (jumlah anak yang akan hadir), luas rumah, kebutuhan ruangan, dan lain-lain. Ini akan berpengaruh pada jumlah pinjaman yang akan Anda dapatkan dan secara tidak langsung juga kepada jumlah bunga hutang yang harus dibayarkan. Jangan sampai Anda asal dalam meminjam namun pada akhirnya kesulitan dalam pengembalian hutang beserta bunga hutang akibat pendapatannya tidak menutupi. Jangan lupa untuk memperhitungkan biaya hidup selama masa pembangunan rumah (bila ingin membangun rumah).
2. Memiliki Anak
Setelah menikah dan memiliki rumah, memiliki anggota keluarga baru wajib hukumnya. Memiliki anak merupakan impian setiap pasangan suami istri untuk meneruskan keturunan mereka baik dari sisi Ayah maupun dari sisi Ibu. Anda mungkin akan senang dengan merawat mereka, bermain dengan anak, dan hal-hal lain. Namun pertimbangkan bahwa anak juga membutuhkan biaya yang besar selama masa pertumbuhan dan perkembangannya hingga setidaknya berusia 18 tahun dimana ia dianggap telah siap untuk tinggal terpisah dengan orang tuanya. Biaya yang harus Anda persiapkan untuk kehidupannya, sekolahnya, kebutuhan dan keinginannya juga bukan merupakan nominal yang sedikit. Perhitungkan antara pendapatan Anda dan pasangan dengan kemampuan untuk menghidupi anak.3. Dana Darurat
Ketika Anda telah memiliki anak, mungkin ada masa Anda harus cuti dan fokus dalam mengurus anak. Ini artinya Anda tidak memiliki pendapatan dan kehidupan Anda bergantung pada pasangan yang bekerja. Tentu saja ini harus dipertimbangkan apakah Anda sungguh-sungguh telah siap dalam pembiayaan ataukah Anda perlu untuk kembali mengajukan hutang untuk sementara waktu menanggung kehidupan Anda yang tidak memiliki pendapatan. Perasaan was-was dan tertekan pasti dan jelas akan dialami oleh pasangan suami istri ini mengingat baru memiliki anak pertama dan biasanya orang tua akan cenderung lebih kaku.Baik pasangan yang bekerja atau Anda yang mengurus anak, keduanya akan sama-sama merasakan tekanan yang cukup besar untuk ditanggung berdua. Belum lagi bila Anda sendiri memiliki perasaan malu yang cukup besar terhadap pasangan ketika tidak memiliki pendapatan. Maka dari itu, pertimbangkan dari awal bahkan sebelum memiliki anak. Berapa dana darurat yang harus siap, berapa nominal minimal yang harus ada di tabungan, baik itu tabungan pribadi maupun tabungan bersama. Hal-hal ini penting untuk mencegah kekurangan dana untuk hidup dan mencegah tekanan yang mungkin muncul.
Post A Comment:
0 comments: