Di era disrupsi ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia, banyak perusahaan rintisan alias startup yang lahir dan bersaing satu sama lain. Perkembangan startup menjadi lebih cepat karena didukung dengan pasar yang luas dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat signifikan.
Situasi tersebut menjadikan Indonesia sebagai ekosistem ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Data situs Startup Ranking, menyebutkan Indonesia berada dalam daftar lima besar negara dengan startup terbanyak dengan total 2.090.
Salah satu startup di Indonesia juga baru saja mendapatkan gelar decacorn, yaitu startup yang memiliki nilai valuasi di atas 10 miliar dolar AS. Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah startup unicorn atau startup dengan valuasi 1 miliar dolar AS di Asia Tenggara, yaitu Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Lalu startup-startup mana saja yang dinilai memiliki perkembangan yang cukup cepat sejak didirikan. Berikut daftarnya.
Perusahaan transportasi online GOJEK. Foto: Beawiharta/Reuters
Berdasarkan hasil riset terbaru CB Insights yang bertajuk "Global Unicorn Club: Private Companies Valued at $1B+ (as of March 14, 2019)", GOJEK menjadi perusahaan teknologi pertama di Indonesia yang memiliki valuasi 10 miliar dolar AS dan berhak menyandang status decacorn, naik pangkat dari unicorn.
GOJEK didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran pada Oktober 2010. GOJEK memulai bisnisnya sebagai layanan ojek motor panggilan lewat call center dan saat berdiri hanya memiliki 20 pengemudi.
Selama lebih dari 8 tahun beroperasi, kini aplikasi dan ekosistem GOJEK telah diunduh oleh lebih dari 142 juta, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400 ribu mitra merchants, dan lebih dari 60 ribu penyedia layanan di Asia Tenggara, dengan volume transaksi tahunan sebanyak sebesar 2 miliar per akhir 2018.
GOJEK kini beroperasi di 204 kota dan kabupaten di Indonesia, tidak hanya itu ekspansi ke luar negeri juga sudah dilakukan di beberapa negara kawasan Asia Tenggara, diantaranya Vietnam, Singapura, dan Thailand.
Tahun 2019 ini, startup e-commerce Tokopedia akan memasuki usia 1 dekade. Tokopedia pertama kali didirikan oleh dua sekawan, William Tanuwijaya sebagai CEO dan Leontinus Alpha Edison sebagai CTO dan COO pada 6 Februari 2009. Pada 17 Agustus 2009, situs Tokopedia(dot)com resmi meluncur.
Seiring perkembangan waktu, sampai akhir tahun 2018, Tokopedia mencatat sudah menjangkau 93 persen kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau.
Tokopedia juga telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 2018, gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat.
Tokopedia juga telah membuka pusat riset yang dinamakan Tokopedia-UI AI Center of Excellence ini hadir untuk mendorong pelaku akademi dan peneliti dalam memanfaatkan teknologi, khususnya AI.
Kantor riset dan pengembangan Bukalapak di Surabaya. Foto: Bukalapak
Achmad Zaky bersama dua orang temannya Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid merintis startup Bukalapak pada tahun 2011. Kala itu, mereka membaca peluang yang berpotensi untuk mengembangkan situs toko online yang kini dikenal dengan e-commerce.
Kejeliannya itu akhirnya membuahkan hasil, kini Bukalapak menjelma menjadi salah satu startup dengan gelar unicorn. Hingga usianya yang ke-9 tahun ini, Bukalapak mengklaim telah merangkul lebih dari 4 juta pelapak (sebutan untuk penjual di Bukalapak) dan 50 juta pengguna di Indonesia.
Bukalapak juga punya pusat riset AI yang dibangun di dua kota, Bandung dan Surabaya. Di Bandung, Bukalapak bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung, sementara di Surabaya, bersama Institut Teknologi Surabaya.
Albert Zhang, Derianto Kusuma, dan Ferry Unardi adalah sosok yang mendirikan salah satu startup unicorn, Traveloka pada tahun 2012. Pertumbuhan Traveloka tergolong cukup cepat.
Sejak beroperasi tujuh tahun kini Traveloka telah tersedia di tujuh negara, antara lain Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan terbaru di Australia. Aplikasi Traveloka sendiri saat ini sudah diunduh lebih dari 40 juta kali di Asia Tenggara.
Traveloka juga telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 100 maskapai low-cost dan full service untuk rute domestik dan internasional, menghadirkan pilihan lebih dari 200.000 rute di Asia Pasifik dan Eropa.
Traveloka juga membangun Research & Development Center yang terletak di Embassy Tech Village, Bangalore, atau yang biasa dikenal sebagai ‘Silicon Valley’ ala india. Ada lebih dari 60 karyawan teknisi Traveloka yang bekerja di kantor riset tersebut. Traveloka mengungkapkan kini sudah mempekerjakan lebih dari 500 engineer dari seluruh dunia.
Warung Pintar membantu warung-warung tradisional untuk bertransformasi menggunakan teknologi untuk memajukan bisnisnya. Sampai saat ini, Warung Pintar sudah mempunyai 1.200 kios yang tersebar di Jabodetabek dan ekspansinya mencapai Banyuwangi, Jawa Timur.
"Dalam jangka satu tahun sejak berdiri, kami sudah membantu lebih dari 1.000 kios untuk berinovasi dan memperbaiki bisnis mereka. Di kuartal ketiga tahun 2018, kami melihat peningkatan signifikan dari pendapatan para pemilik kios meningkat 37 persen dari kuartal sebelumnya," kata Agung.
Para pendiri Warung Pintar masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2019 versi majalah Forbes Asia, karena dianggap berprestasi di usia muda di bawah 30 tahun.
Dengan mengaplikasikan teknologi IoT (Internet of Things), eFishey digadang-gadang bisa menjadi startup perikanan terbesar di Indonesia. Pendiri sekaligus CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, perusahaan pun punya beberapa mimpi untuk membesarkan perusahaan ini, termasuk memajukan para petani ikan di Indonesia.
Kini sampai akhir tahun 2018, layanan eFishery telah digunakan di 67 daerah yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia. Mereka juga sedang menjalankan proyek perdana di 4 negara yaitu Bangladesh, Thailand, India, dan Vietnam.
Untuk Bangladesh, komoditas yang bakal dikembangbiakkan adalah ikan, Vietnam dan Thailand udang. Sementara di India bakal mengembangkan keduanya.
Mengadopsi semangat startup, yang jarang dilakukan oleh media-media di Indonesia, kumparan punya strategi khusus. Teknologi menjadi tulang punggung, media yang meluncur sejak 2017 ini dalam memproduksi konten.
CEO kumparan Hugo Diba menjelaskan ada dua hal penting yang saat ini menjadi kunci membangun media massa di era digital. Dua hal tersebut adalah menghasilkan karya jurnalistik yang baik dan teknologi menjadi bagian utama membangun media.
kumparan mengembangkan algoritma khusus, sepeti trending topic prediction, context processing untuk memberikan konten yang terbaik dan terakurat untuk pembacanya.
Menurut Mobile App Metrics by Apptopia, aplikasi kumparan mendapatkan pertumbuhan bulan mencapai 10,34 persen. Download 30 hari terakhir mencapai 94.410 kali di Google Play Store.
Situasi tersebut menjadikan Indonesia sebagai ekosistem ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Data situs Startup Ranking, menyebutkan Indonesia berada dalam daftar lima besar negara dengan startup terbanyak dengan total 2.090.
Salah satu startup di Indonesia juga baru saja mendapatkan gelar decacorn, yaitu startup yang memiliki nilai valuasi di atas 10 miliar dolar AS. Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah startup unicorn atau startup dengan valuasi 1 miliar dolar AS di Asia Tenggara, yaitu Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Lalu startup-startup mana saja yang dinilai memiliki perkembangan yang cukup cepat sejak didirikan. Berikut daftarnya.
1. GOJEK
Perusahaan transportasi online GOJEK. Foto: Beawiharta/Reuters
Berdasarkan hasil riset terbaru CB Insights yang bertajuk "Global Unicorn Club: Private Companies Valued at $1B+ (as of March 14, 2019)", GOJEK menjadi perusahaan teknologi pertama di Indonesia yang memiliki valuasi 10 miliar dolar AS dan berhak menyandang status decacorn, naik pangkat dari unicorn.
GOJEK didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran pada Oktober 2010. GOJEK memulai bisnisnya sebagai layanan ojek motor panggilan lewat call center dan saat berdiri hanya memiliki 20 pengemudi.
Selama lebih dari 8 tahun beroperasi, kini aplikasi dan ekosistem GOJEK telah diunduh oleh lebih dari 142 juta, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400 ribu mitra merchants, dan lebih dari 60 ribu penyedia layanan di Asia Tenggara, dengan volume transaksi tahunan sebanyak sebesar 2 miliar per akhir 2018.
GOJEK kini beroperasi di 204 kota dan kabupaten di Indonesia, tidak hanya itu ekspansi ke luar negeri juga sudah dilakukan di beberapa negara kawasan Asia Tenggara, diantaranya Vietnam, Singapura, dan Thailand.
2. Tokopedia
Tahun 2019 ini, startup e-commerce Tokopedia akan memasuki usia 1 dekade. Tokopedia pertama kali didirikan oleh dua sekawan, William Tanuwijaya sebagai CEO dan Leontinus Alpha Edison sebagai CTO dan COO pada 6 Februari 2009. Pada 17 Agustus 2009, situs Tokopedia(dot)com resmi meluncur.
Seiring perkembangan waktu, sampai akhir tahun 2018, Tokopedia mencatat sudah menjangkau 93 persen kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau.
Tokopedia juga telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 2018, gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat.
Tokopedia juga telah membuka pusat riset yang dinamakan Tokopedia-UI AI Center of Excellence ini hadir untuk mendorong pelaku akademi dan peneliti dalam memanfaatkan teknologi, khususnya AI.
3. Bukalapak
Kantor riset dan pengembangan Bukalapak di Surabaya. Foto: Bukalapak
Achmad Zaky bersama dua orang temannya Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid merintis startup Bukalapak pada tahun 2011. Kala itu, mereka membaca peluang yang berpotensi untuk mengembangkan situs toko online yang kini dikenal dengan e-commerce.
Kejeliannya itu akhirnya membuahkan hasil, kini Bukalapak menjelma menjadi salah satu startup dengan gelar unicorn. Hingga usianya yang ke-9 tahun ini, Bukalapak mengklaim telah merangkul lebih dari 4 juta pelapak (sebutan untuk penjual di Bukalapak) dan 50 juta pengguna di Indonesia.
Bukalapak juga punya pusat riset AI yang dibangun di dua kota, Bandung dan Surabaya. Di Bandung, Bukalapak bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung, sementara di Surabaya, bersama Institut Teknologi Surabaya.
4. Traveloka
Albert Zhang, Derianto Kusuma, dan Ferry Unardi adalah sosok yang mendirikan salah satu startup unicorn, Traveloka pada tahun 2012. Pertumbuhan Traveloka tergolong cukup cepat.
Sejak beroperasi tujuh tahun kini Traveloka telah tersedia di tujuh negara, antara lain Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan terbaru di Australia. Aplikasi Traveloka sendiri saat ini sudah diunduh lebih dari 40 juta kali di Asia Tenggara.
Traveloka juga telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 100 maskapai low-cost dan full service untuk rute domestik dan internasional, menghadirkan pilihan lebih dari 200.000 rute di Asia Pasifik dan Eropa.
Traveloka juga membangun Research & Development Center yang terletak di Embassy Tech Village, Bangalore, atau yang biasa dikenal sebagai ‘Silicon Valley’ ala india. Ada lebih dari 60 karyawan teknisi Traveloka yang bekerja di kantor riset tersebut. Traveloka mengungkapkan kini sudah mempekerjakan lebih dari 500 engineer dari seluruh dunia.
5. Warung Pintar
Startup Warung Pintar adalah salah satu perusahaan teknologi yang berfokus untuk memajukan ekonomi tradisional. Warung Pintar didirikan oleh Agung Bezharie, Harya Putra, Sofian Hadiwijaya di tahun 2017.Warung Pintar membantu warung-warung tradisional untuk bertransformasi menggunakan teknologi untuk memajukan bisnisnya. Sampai saat ini, Warung Pintar sudah mempunyai 1.200 kios yang tersebar di Jabodetabek dan ekspansinya mencapai Banyuwangi, Jawa Timur.
"Dalam jangka satu tahun sejak berdiri, kami sudah membantu lebih dari 1.000 kios untuk berinovasi dan memperbaiki bisnis mereka. Di kuartal ketiga tahun 2018, kami melihat peningkatan signifikan dari pendapatan para pemilik kios meningkat 37 persen dari kuartal sebelumnya," kata Agung.
Para pendiri Warung Pintar masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2019 versi majalah Forbes Asia, karena dianggap berprestasi di usia muda di bawah 30 tahun.
6. eFishery
Startup penyedia alat pintar untuk memberi pakan ikan dan udang, eFishery menjadi salah satu startup yang perlu diperhatikan pertumbuhannya. eFishery didirikan sejak 2013 oleh Chrisna Aditya, Gibran El Farizy, dan Muhammad Ihsan Akhirulsyah.Dengan mengaplikasikan teknologi IoT (Internet of Things), eFishey digadang-gadang bisa menjadi startup perikanan terbesar di Indonesia. Pendiri sekaligus CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, perusahaan pun punya beberapa mimpi untuk membesarkan perusahaan ini, termasuk memajukan para petani ikan di Indonesia.
Kini sampai akhir tahun 2018, layanan eFishery telah digunakan di 67 daerah yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia. Mereka juga sedang menjalankan proyek perdana di 4 negara yaitu Bangladesh, Thailand, India, dan Vietnam.
Untuk Bangladesh, komoditas yang bakal dikembangbiakkan adalah ikan, Vietnam dan Thailand udang. Sementara di India bakal mengembangkan keduanya.
7. kumparan
kumparan menjadi salah satu startup media massa yang memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Lahir dengan semangat mengubah industri media digital di Indonesia, kumparan hadir dengan kebaruan teknologi.Mengadopsi semangat startup, yang jarang dilakukan oleh media-media di Indonesia, kumparan punya strategi khusus. Teknologi menjadi tulang punggung, media yang meluncur sejak 2017 ini dalam memproduksi konten.
CEO kumparan Hugo Diba menjelaskan ada dua hal penting yang saat ini menjadi kunci membangun media massa di era digital. Dua hal tersebut adalah menghasilkan karya jurnalistik yang baik dan teknologi menjadi bagian utama membangun media.
kumparan mengembangkan algoritma khusus, sepeti trending topic prediction, context processing untuk memberikan konten yang terbaik dan terakurat untuk pembacanya.
Menurut Mobile App Metrics by Apptopia, aplikasi kumparan mendapatkan pertumbuhan bulan mencapai 10,34 persen. Download 30 hari terakhir mencapai 94.410 kali di Google Play Store.
Post A Comment:
0 comments: