Memiliki bisnis jasa merupakan salah satu bentuk investasi yang patut dipertimbangkan apabila Anda bertujuan membangun aset di masa depan. Jasa memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan produk, antara lain marjin yang lebih besar, biaya produksi yang lebih minimalis, serta sumber daya manusia yang lebih terkontrol.
Hanya saja, bisnis yang menawarkan jasa memiliki kekurangan juga seperti tenaga ahli yang lebih profesional di bidangnya. Sebab seseorang dibayar mahal bergantung pada pengalaman dan ekspertisnya dalam menekuni bidang tersebut. Semakin panjang rekam jejaknya, semakin mahal bayarannya. Contohnya adalah pengacara kondang almarhum Adnan Buyung Nasution yang per jamnya dibayar USD 10.000. Demikian pula dengan Mario Teguh yang memiliki bisnis jasa penyedia training motivasi. Ia dibayar sebesar 750.000 per menit. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk membayar motivator yang terkenal dengan kata “Super sekali….” itu selama satu hingga dua jam.
Berinvestasi pada bisnis memang cukup prospektif sebagai tabungan di masa pensiun nanti, apalagi bisnis yang berkaitan dengan jasa . Banyak karyawan yang saat ini menabung pengalaman sebanyak mungkin di bidangnya untuk kemudian menjadi konsultan saat mendekati hari pensiunnya. Atau ada pula orang tua yang ingin anaknya sekolah di Fakultas Kedokteran karena menyadari bahwa jasa kesehatan akan tetap dibutuhkan sampai kapanpun. Intinya adalah bisnis jasa merupakan bisnis yang bisa dipertimbangkan sebagai salah satu instrumen investasi di samping instrumen lainnya.
Jika ingin terjun ke usaha jasa, hal yang perlu diperhatikan adalah prospek bisnis ini hingga sepuluh tahun ke depan. Bayangkan jika Anda akan pensiun pada masa tersebut dan bisnis ini sudah beroperasi dengan sistem yang terbukti berjalan. Tentu pada saat Anda keluar dari perusahaan tempat Anda bekerja, Anda sudah tidak perlu mengurangi gaya hidup yang selama ini sering dijalankan hanya karena kehilangan penghasilan bulanan. Sebab Anda sudah punya sumber penghasilan baru yang telah dirintis selama bertahun-tahun. Dengan mengandalkan kompetensi diri dan pengalaman di dunia profesional, bisnis Anda bisa melesat dengan cepat.
Sebagaimana investasi, memilih usaha sebagai portofolio juga tentu mengandung masalah. Salah satu resiko tentu adalah kebangkrutan. Modal telah keluar banyak, penghasilan mendekati titik nol. Operasional sudah banyak keluar, klien masih belum ada yang tandatangan kontrak. Belum lagi jika kompetisi di pasar ini sangat ketat alias red ocean. Anda akan “berdarah-darah” dalam menghadapi ketatnya persaingan di bisnis tersebut.
Resiko lain dari berinvestasi pada bisnis jasa adalah komplain dari klien. Anda sudah berusaha memenuhi SOW (scoup of work) yang sudah disepakati bersama namun oleh pihak klien Anda dianggap tidak perform. Ini bisa membuat citra perusahaan Anda menjadi buruk dan berpengaruh terhadap potensi bisnis di masa depan. Belum lagj jika klien meminta ganti rugi materiil. Apalagi kalau sampai masuk ke ranah hukum.
Namun dengan berinvestasi pada bidang jasa sebagai portofolio yang bisa diandalkan di masa depan, potensi keuntungannya bisa lebih besar daripada sekedar menyimpan saham atau bermain valuta asing. Mengapa demikian? Karena marjin dari jasa lebih besar daripada marjin saham. Misal Anda membuka usaha jasa, katanlah sudah mendapat klien, maka keuntungannya bisa lebih dari 100 persen dalam jangka waktu yang lebih singkat. Untuk saham, Anda bisa mendapat keuntungan di atas 100 persen dari total nilai investasi Anda bergantung lamanya Anda memilik saham tersebut, kondisi fundamental perusahaan, dan ekonomi makro pada umumnya.
Bagaimana membangun bisnis jasa yang prospektif? Pertama, galilah potensi pribadi Anda khususnya apa passion yang Anda miliki. Jangan melakukan bisnis pada bidang yang tidak Anda sukai atau Anda kuasai. Kedua, tentukan siapa pangsa pasar dari jasa Anda dengan melakukan riset pasar. Ketiga, buat tim yang solid. Tidak mengapa kalau tim Anda saat ini masih perlu dididik, dan Anda akan mengeluarkan waktu dan tenaga untuk mengedukasi mereka. Anda sedang berinvestasi pada sumber daya manusia. Keempat, mulailah membuka jaringan sesama pengusaha. Ingat selalu, bahwa investasi tidak melulu tentang uang. Tapi juga pertemanan.
Hanya saja, bisnis yang menawarkan jasa memiliki kekurangan juga seperti tenaga ahli yang lebih profesional di bidangnya. Sebab seseorang dibayar mahal bergantung pada pengalaman dan ekspertisnya dalam menekuni bidang tersebut. Semakin panjang rekam jejaknya, semakin mahal bayarannya. Contohnya adalah pengacara kondang almarhum Adnan Buyung Nasution yang per jamnya dibayar USD 10.000. Demikian pula dengan Mario Teguh yang memiliki bisnis jasa penyedia training motivasi. Ia dibayar sebesar 750.000 per menit. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk membayar motivator yang terkenal dengan kata “Super sekali….” itu selama satu hingga dua jam.
Berinvestasi pada bisnis memang cukup prospektif sebagai tabungan di masa pensiun nanti, apalagi bisnis yang berkaitan dengan jasa . Banyak karyawan yang saat ini menabung pengalaman sebanyak mungkin di bidangnya untuk kemudian menjadi konsultan saat mendekati hari pensiunnya. Atau ada pula orang tua yang ingin anaknya sekolah di Fakultas Kedokteran karena menyadari bahwa jasa kesehatan akan tetap dibutuhkan sampai kapanpun. Intinya adalah bisnis jasa merupakan bisnis yang bisa dipertimbangkan sebagai salah satu instrumen investasi di samping instrumen lainnya.
Jika ingin terjun ke usaha jasa, hal yang perlu diperhatikan adalah prospek bisnis ini hingga sepuluh tahun ke depan. Bayangkan jika Anda akan pensiun pada masa tersebut dan bisnis ini sudah beroperasi dengan sistem yang terbukti berjalan. Tentu pada saat Anda keluar dari perusahaan tempat Anda bekerja, Anda sudah tidak perlu mengurangi gaya hidup yang selama ini sering dijalankan hanya karena kehilangan penghasilan bulanan. Sebab Anda sudah punya sumber penghasilan baru yang telah dirintis selama bertahun-tahun. Dengan mengandalkan kompetensi diri dan pengalaman di dunia profesional, bisnis Anda bisa melesat dengan cepat.
Sebagaimana investasi, memilih usaha sebagai portofolio juga tentu mengandung masalah. Salah satu resiko tentu adalah kebangkrutan. Modal telah keluar banyak, penghasilan mendekati titik nol. Operasional sudah banyak keluar, klien masih belum ada yang tandatangan kontrak. Belum lagi jika kompetisi di pasar ini sangat ketat alias red ocean. Anda akan “berdarah-darah” dalam menghadapi ketatnya persaingan di bisnis tersebut.
Resiko lain dari berinvestasi pada bisnis jasa adalah komplain dari klien. Anda sudah berusaha memenuhi SOW (scoup of work) yang sudah disepakati bersama namun oleh pihak klien Anda dianggap tidak perform. Ini bisa membuat citra perusahaan Anda menjadi buruk dan berpengaruh terhadap potensi bisnis di masa depan. Belum lagj jika klien meminta ganti rugi materiil. Apalagi kalau sampai masuk ke ranah hukum.
Namun dengan berinvestasi pada bidang jasa sebagai portofolio yang bisa diandalkan di masa depan, potensi keuntungannya bisa lebih besar daripada sekedar menyimpan saham atau bermain valuta asing. Mengapa demikian? Karena marjin dari jasa lebih besar daripada marjin saham. Misal Anda membuka usaha jasa, katanlah sudah mendapat klien, maka keuntungannya bisa lebih dari 100 persen dalam jangka waktu yang lebih singkat. Untuk saham, Anda bisa mendapat keuntungan di atas 100 persen dari total nilai investasi Anda bergantung lamanya Anda memilik saham tersebut, kondisi fundamental perusahaan, dan ekonomi makro pada umumnya.
Bagaimana membangun bisnis jasa yang prospektif? Pertama, galilah potensi pribadi Anda khususnya apa passion yang Anda miliki. Jangan melakukan bisnis pada bidang yang tidak Anda sukai atau Anda kuasai. Kedua, tentukan siapa pangsa pasar dari jasa Anda dengan melakukan riset pasar. Ketiga, buat tim yang solid. Tidak mengapa kalau tim Anda saat ini masih perlu dididik, dan Anda akan mengeluarkan waktu dan tenaga untuk mengedukasi mereka. Anda sedang berinvestasi pada sumber daya manusia. Keempat, mulailah membuka jaringan sesama pengusaha. Ingat selalu, bahwa investasi tidak melulu tentang uang. Tapi juga pertemanan.
Post A Comment:
0 comments: