Jakarta, kota wisata sekaligus kota bisnis dan juga sekaligus ibukota Republik Indonesia. Di sinilah ratusan ribu orang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia datang untuk mengadu nasib. Daya tarik Jakarta dengan panorama gedung-gedungnya yang bertingkat, kemilau lampu di malam hari,
hiburannya yang seolah tidak pernah berhenti, serta berbagai kegiatan yang turut meramaikan. Tidak jarang turis-turis dari negara luar, khususnya Eropa merasa betah tinggal di Jakarta. Bagi penduduk Jakarta sendiri, kemacetan adalah hal yang paling dibenci dari kota yang luasnya hampir menyamai Singapura tersebut. Tapi bagi para ekspatriat, justru kemacetan Jakarta yang paling dirindu karena di negara mereka, kehidupan hanya berlangsung sampai jam lima sore. Selebihnya seperti kota mati. Bandingkan dengan Jakarta yang jam 12 malam pun masih banyak yang menunggu angkutan umum.
Terlepas dari itu semua, Jakarta menyimpan sejuta cita rasa kuliner. Hampir seluruh masakan nusantara hadir di kampung Betawi ini, mulai dari masakan Padang, Manado, Makassar, Sunda, dan sebagainya. Kalau mau berbicara tentang penganan, dari mulai asinan hingga roti Buaya pun ada di sini. Tidak heran koki-koki kelas dunia ketika ingin memperkenalkan resep baru atau mempelajari resep asli warisan budaya Indonesia datang ke kota yang dulunya bernama Batavia tersebut. Dan kekayaan kuliner yang ada di Jakarta pun mendorong tumbuhnya usaha-usaha mikro yang fokusnya di bidang ini. Ada Roti Bakar Eddie, Gado Gado Boplo, Ayam Bakar Kalasan dan lainnya.
Dalam mendirikan usaha menengah di bidang makanan ini, sebagian besar mereka mengajukan kredit mikro di lembaga-lembaga keuangan, baik bank maupun BPR. Umumnya lembaga keuangan tertarik menyuntikkan modalnya ke usaha-usaha yangbergerak di industri kuliner. Apalagi saat ini banyak juga pameran-pameran khusus tentang makanan yang diadakan secara profesional dan berskala luas. Biasanya bertempat di Gedung SMESCO yang memang didirikan untuk UKM. Bahkan sebagian merek-merek lokal ini memberanikan diri membuka sistem waralaba yang menjual hak paten penjualan produk dan sistem bisnisnya.
Di mana saja bisa berwisata kuliner di Jakarta? Banyak sekali. Mau nasi goreng yang enak? Coba ke Kebon Sirih. Di sini terkenal dengan nasi gorengnya yang maknyus. Tapi selain itu, daerah ini juga banyak menjual makanan lain yang tidak kalah lezatnya. Sederet warung-warung tenda yang ada di tempat ini setiap malam selalu dipadati pengunjung pecinta kuliner. Dan hampir rata-rata warung tenda tersebut penuh dengan pengunjung.
Mau suasana laut? Coba datang ke Bandar Djakarta. Ini adalah tempat yang super cozy dan selalu dipenuhi pecinta kuliner. Selain kaya dengan menu, pilihan tempat duduknya juga banyak mulai dari ruangan, lesehan hingga kursi. Pemandangan laut lepas membuat orang lebih santai dalam menikmati seafood yang tersaji dengan berbagai macam bumbu tersebut.
Selain itu ada juga Kelapa Gading. Kawasan yang dianggap sebagai ekor naga ini memang penuh dengan kuliner-kuliner enak. Selain mal mewah kelas premium serta pusat gaya hidup perkotaan yang ada di area Sentra Kelapa Gading, berbagai restoran berderet dari ujung pintu masuk menuju ujung lainnya. Apa saja ada di sana. Mau restoran Indonesia, banyak. Ingin makan masakan chinesse food, tersebar di berbagai penjuru. Mau yang berbau kebarat-baratan, juga ada. Mau restoran biasa, bisa. Mau kafe yang berkonsep, juga tersedia. Intinya, Kelapa Gading adalah surganya pecinta kuliner. Mereka para pelaku usaha makanan ini awalnya mendirikan dengan modal sendiri atau bantuan kredit mikro dari perbankan.
Anda tertarik meramaikan kota Jakarta dengan bisnis kuliner Anda? Dan Anda tidak punya modal? Tidak perlu khawatir. Asalkan punya konsep, coba posting rencana bisnis Anda di KoinWorks, platform peer to peer lending ini bisa mempertemukan Anda dengan investor potensial. Jangan sia-siakan ide brilian Anda dalam berbisnis. Jelaskan kepada calon investor Anda mengapa usaha Anda ini merupakan investasi yang menguntungkan dibanding portofolio lain. Jelaskan pula pengalaman Anda di industri kuliner untuk menambah kepercayaan mereka.
Selamat berwisata kuliner!
hiburannya yang seolah tidak pernah berhenti, serta berbagai kegiatan yang turut meramaikan. Tidak jarang turis-turis dari negara luar, khususnya Eropa merasa betah tinggal di Jakarta. Bagi penduduk Jakarta sendiri, kemacetan adalah hal yang paling dibenci dari kota yang luasnya hampir menyamai Singapura tersebut. Tapi bagi para ekspatriat, justru kemacetan Jakarta yang paling dirindu karena di negara mereka, kehidupan hanya berlangsung sampai jam lima sore. Selebihnya seperti kota mati. Bandingkan dengan Jakarta yang jam 12 malam pun masih banyak yang menunggu angkutan umum.
Terlepas dari itu semua, Jakarta menyimpan sejuta cita rasa kuliner. Hampir seluruh masakan nusantara hadir di kampung Betawi ini, mulai dari masakan Padang, Manado, Makassar, Sunda, dan sebagainya. Kalau mau berbicara tentang penganan, dari mulai asinan hingga roti Buaya pun ada di sini. Tidak heran koki-koki kelas dunia ketika ingin memperkenalkan resep baru atau mempelajari resep asli warisan budaya Indonesia datang ke kota yang dulunya bernama Batavia tersebut. Dan kekayaan kuliner yang ada di Jakarta pun mendorong tumbuhnya usaha-usaha mikro yang fokusnya di bidang ini. Ada Roti Bakar Eddie, Gado Gado Boplo, Ayam Bakar Kalasan dan lainnya.
Dalam mendirikan usaha menengah di bidang makanan ini, sebagian besar mereka mengajukan kredit mikro di lembaga-lembaga keuangan, baik bank maupun BPR. Umumnya lembaga keuangan tertarik menyuntikkan modalnya ke usaha-usaha yangbergerak di industri kuliner. Apalagi saat ini banyak juga pameran-pameran khusus tentang makanan yang diadakan secara profesional dan berskala luas. Biasanya bertempat di Gedung SMESCO yang memang didirikan untuk UKM. Bahkan sebagian merek-merek lokal ini memberanikan diri membuka sistem waralaba yang menjual hak paten penjualan produk dan sistem bisnisnya.
Di mana saja bisa berwisata kuliner di Jakarta? Banyak sekali. Mau nasi goreng yang enak? Coba ke Kebon Sirih. Di sini terkenal dengan nasi gorengnya yang maknyus. Tapi selain itu, daerah ini juga banyak menjual makanan lain yang tidak kalah lezatnya. Sederet warung-warung tenda yang ada di tempat ini setiap malam selalu dipadati pengunjung pecinta kuliner. Dan hampir rata-rata warung tenda tersebut penuh dengan pengunjung.
Mau suasana laut? Coba datang ke Bandar Djakarta. Ini adalah tempat yang super cozy dan selalu dipenuhi pecinta kuliner. Selain kaya dengan menu, pilihan tempat duduknya juga banyak mulai dari ruangan, lesehan hingga kursi. Pemandangan laut lepas membuat orang lebih santai dalam menikmati seafood yang tersaji dengan berbagai macam bumbu tersebut.
Selain itu ada juga Kelapa Gading. Kawasan yang dianggap sebagai ekor naga ini memang penuh dengan kuliner-kuliner enak. Selain mal mewah kelas premium serta pusat gaya hidup perkotaan yang ada di area Sentra Kelapa Gading, berbagai restoran berderet dari ujung pintu masuk menuju ujung lainnya. Apa saja ada di sana. Mau restoran Indonesia, banyak. Ingin makan masakan chinesse food, tersebar di berbagai penjuru. Mau yang berbau kebarat-baratan, juga ada. Mau restoran biasa, bisa. Mau kafe yang berkonsep, juga tersedia. Intinya, Kelapa Gading adalah surganya pecinta kuliner. Mereka para pelaku usaha makanan ini awalnya mendirikan dengan modal sendiri atau bantuan kredit mikro dari perbankan.
Anda tertarik meramaikan kota Jakarta dengan bisnis kuliner Anda? Dan Anda tidak punya modal? Tidak perlu khawatir. Asalkan punya konsep, coba posting rencana bisnis Anda di KoinWorks, platform peer to peer lending ini bisa mempertemukan Anda dengan investor potensial. Jangan sia-siakan ide brilian Anda dalam berbisnis. Jelaskan kepada calon investor Anda mengapa usaha Anda ini merupakan investasi yang menguntungkan dibanding portofolio lain. Jelaskan pula pengalaman Anda di industri kuliner untuk menambah kepercayaan mereka.
Selamat berwisata kuliner!
Post A Comment:
0 comments: