Mengelola Keuangan Saat Kondisi Ekonomi Memburuk - Indikator ekonomi yang ditunjukkan dengan kurs mata uang rupiah terhadap dolar telah membuat banyak pihak khawatir bahkan bagi sebagian orang hal ini telah menimbulkan kepanikan. Bagaimana tidak? Bagi Anda yang punya investasi misalnya dalam bentuk reksadana saham untuk tujuan keuangan jangka panjang dan diperuntukkan sebagai jaminan atas dana pendidikan anak atau mungkin untuk dana pensiun tentu akan berpikir ulang. Mau dilanjutkan atau di ambil sekarang? mengingat kondisi ekonomi dan nilai tukar rupiah yang terus merosot bisa merugikan dari sisi investasi.
Gejolak ekonomi merupakan hal yang wajar kita temui, bahkan tidak ada negara yang luput dari krisis ekonomi. Berkaca pada krisis ekonomi '98, dimana nilai saham dan rupiah anjlok drastis. Namun setelah itu keadaan ekonomi perlahan bangkit dan bahkan lebih baik dari tahun sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa perekonomian pun mengalami siklus.
Berbicara tentang krisis ekonomi, tentu tidak lepas dari dampak yang terjadi. Dampak yang paling terasa adalah keadaan keuangan pribadi Anda. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta bertahan dalam kondisi ekonomi yang buruk, selain perencanaan keuangan yang matang.
Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengelola keuangan Anda waktu ekonomi memburuk :
Sebagai contoh adalah krisis tahun 2008 akibat imbas gejolak ekonomi di Amerika. Pada saat itu IHSG jatuh. Sekitar 10 bulan di tahun yang sama, harga-harga saham turun hampir 57% dari level tertinggi 2,610 ke angka 1,111. Akibatnya, kepanikan merajalela! Padahal 10 tahun sebelum itu kita pernah juga mengalami hal serupa. Yang terjadi adalah banyak orang yang melakukan cut-loss, mencairkan saham dengan harga rugi.
Lantas apakah tindakan cut-loss itu merupakan satu-satunya langkah tepat yang harus diambil ketika ekonomi memburuk seperti ini?
Kembali melihat data-data historis dan jangan sampai Anda kehilangan rasionalitas untuk mengambil tindakan cut-loss tanpa melihat kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya saja krisis 2008. Hanya dalam kurun waktu 2 tahun tepatnya pada tahun 2001, IHSG sudah pulih kembali bahkan melebihi dari tingkat titik awal sebelum terjadinya krisis. Hal seperti itu merupakan pelajaran kepada kita untuk tidak mengambil keputusan dengan tergesa-gesa.
Kesimpulan yang bisa kita petik adalah jika panik dan tergesa-gesa untuk melakukan cut-loss maka kerugian Anda tidak kecil. Belum lagi hilangnya menikmati kesempatan return saham dalam jangka panjang yang besarannya bisa 5 kali lipat. Hal ini berlaku jika Anda memiliki jangka waktu investasi di atas 5 tahun.
Maka dari itu, disini kita harus jeli memandang realitas bukan opini orang. Jikalau memang investasi Anda adalah jangka pendek, yang bisa saja melakukan cut-loss untuk mengurangi kerugian yang semakin banyak.
Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan alokasi tabungan Anda ke sumber pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik, atau dengan kata lain menabung uang Anda dalam banyak bentuk investasi. Karena idealnya Anda harus menggunakan prinsip investasi tidak dalam satu keranjang instrumen investasi karena akan sangat berisiko, solusinya Anda bisa menggunakan entah itu unit link, deposito, saham, tanah, properti, atau mata uang asing. Jika Anda tidak pintar untuk melakukan diversifikasi dana Anda ke berbagai jenis instrumen investasi maka risiko yang terjadi pada investasi Anda akan full 100 % menimpa Anda tanpa ada back up dari investasi lainnya.
Menetapkan tujuan keuangan memang sangat krusial. Karena nantinya seberapa besar dampak krisis yang Anda rasakan itu tergantung dengan kecocokan antara tujuan keuangan dan instrument investasi yang Anda gunakan. Sebagai contoh, jika Anda berinvestasi untuk menggenapi uang muka rumah tahun depan, seharusnya Anda tidak memilih saham sebagai instrumen. Karena disaat ekonomi mengendur Anda akan kewalahan menyaksikan harga saham yang berjatuhan. Sebaliknya, jika investasi saham tersebut Anda tujukan untuk dana pensiun 20 tahun mendatang misalnya, maka gejolak ekonomi tidak akan mengganggu ketenangan Anda.
Mengenal tujuan dan instrumen investasi merupakan hal mendasar yang wajib dipertimbangkan dahulu secara matang. Jangan sampai Anda terjebak dengan membeli produk investasi terlebih dahulu sebelum Anda menentukan tujuan keuangan Anda. Ada banyak pilihan jika Anda memang menginginkan investasi jangka pendek atau di bawah 5 tahun. Deposito atau reksa dana pasar uang adalah pilihan yang menarik untuk dicoba.
Mengelola Keuangan Saat Kondisi Ekonomi Memburuk |
Berkaca pada Krisis Ekonomi ‘98
Gejolak ekonomi merupakan hal yang wajar kita temui, bahkan tidak ada negara yang luput dari krisis ekonomi. Berkaca pada krisis ekonomi '98, dimana nilai saham dan rupiah anjlok drastis. Namun setelah itu keadaan ekonomi perlahan bangkit dan bahkan lebih baik dari tahun sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa perekonomian pun mengalami siklus.
Tips Pengelolaan Keuangan saat Menghadapi Ekonomi yang Memburuk
Berbicara tentang krisis ekonomi, tentu tidak lepas dari dampak yang terjadi. Dampak yang paling terasa adalah keadaan keuangan pribadi Anda. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta bertahan dalam kondisi ekonomi yang buruk, selain perencanaan keuangan yang matang.
Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengelola keuangan Anda waktu ekonomi memburuk :
Jangan Panik dalam Mengelola Keuangan
Panik hanya akan membuat Anda terburu-buru dalam mengambil keputusan dan justru merugikan keuangan anda. Agar tidak panik, bagaimana caranya?Anda harus sangat obyektif dalam memandang realitas. Dalam hal perekonomian, Anda harus melihat gejolak ekonomi tersebut dengan menggunakan perspektif yang tepat. Pelajari data-data historis sebagai langkah awal untuk menghalau kepanikan. Analisa gejolak ekonomi (krisis) dengan data yang objektif. Dengan melihat data historis mengenai krisis ekonomi, minimal akan memunculkan kesadaran bahwa gejolak seperti itu akan sangat mungkin terjadi.Sebagai contoh adalah krisis tahun 2008 akibat imbas gejolak ekonomi di Amerika. Pada saat itu IHSG jatuh. Sekitar 10 bulan di tahun yang sama, harga-harga saham turun hampir 57% dari level tertinggi 2,610 ke angka 1,111. Akibatnya, kepanikan merajalela! Padahal 10 tahun sebelum itu kita pernah juga mengalami hal serupa. Yang terjadi adalah banyak orang yang melakukan cut-loss, mencairkan saham dengan harga rugi.
Lantas apakah tindakan cut-loss itu merupakan satu-satunya langkah tepat yang harus diambil ketika ekonomi memburuk seperti ini?
Kembali melihat data-data historis dan jangan sampai Anda kehilangan rasionalitas untuk mengambil tindakan cut-loss tanpa melihat kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya saja krisis 2008. Hanya dalam kurun waktu 2 tahun tepatnya pada tahun 2001, IHSG sudah pulih kembali bahkan melebihi dari tingkat titik awal sebelum terjadinya krisis. Hal seperti itu merupakan pelajaran kepada kita untuk tidak mengambil keputusan dengan tergesa-gesa.
Kesimpulan yang bisa kita petik adalah jika panik dan tergesa-gesa untuk melakukan cut-loss maka kerugian Anda tidak kecil. Belum lagi hilangnya menikmati kesempatan return saham dalam jangka panjang yang besarannya bisa 5 kali lipat. Hal ini berlaku jika Anda memiliki jangka waktu investasi di atas 5 tahun.
Maka dari itu, disini kita harus jeli memandang realitas bukan opini orang. Jikalau memang investasi Anda adalah jangka pendek, yang bisa saja melakukan cut-loss untuk mengurangi kerugian yang semakin banyak.
Buat Skala Prioritas Pengeluaran
Meskipun data-data historis seringkali menunjukkan bahwa keadaan ekonomi bisa pulih dengan cepat, namun tidak ada jaminan hal itu bisa cepat terjadi bahkan oleh seorang pakar ekonomi sekalipun. Dalam kondisi seperti ini, penghematan merupakan langkah yang sangat tepat. Penghematan yang dimaksudkan adalah Anda harus lebih teliti dalam mengendalikan pengeluaran sehari-hari misalnya dengan cara menunda keinginan atau belanja berdasar skala prioritas.Lunasi Hutang, dan Pilih Tabungan Yang Tepat
Dalam kondisi ekonomi sulit, maka langkah yang terbaik adalah lunasi hutang Anda secepatnya, apalagi jika hutang dengan menggunakan kartu kredit. Anda harus paham bahwa dalam kondisi krisis, bunga hutang akan membunuh Anda perlahan. Mengapa demikian? Karena bunga hutang khususnya kartu kredit sangatlah besar yang bisa membuat orang yang berhutang akan menjadi budak orang yang menghutanginya.Tabung Dalam Banyak Bentuk Investasi
Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan alokasi tabungan Anda ke sumber pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik, atau dengan kata lain menabung uang Anda dalam banyak bentuk investasi. Karena idealnya Anda harus menggunakan prinsip investasi tidak dalam satu keranjang instrumen investasi karena akan sangat berisiko, solusinya Anda bisa menggunakan entah itu unit link, deposito, saham, tanah, properti, atau mata uang asing. Jika Anda tidak pintar untuk melakukan diversifikasi dana Anda ke berbagai jenis instrumen investasi maka risiko yang terjadi pada investasi Anda akan full 100 % menimpa Anda tanpa ada back up dari investasi lainnya.
Menetapkan tujuan keuangan memang sangat krusial. Karena nantinya seberapa besar dampak krisis yang Anda rasakan itu tergantung dengan kecocokan antara tujuan keuangan dan instrument investasi yang Anda gunakan. Sebagai contoh, jika Anda berinvestasi untuk menggenapi uang muka rumah tahun depan, seharusnya Anda tidak memilih saham sebagai instrumen. Karena disaat ekonomi mengendur Anda akan kewalahan menyaksikan harga saham yang berjatuhan. Sebaliknya, jika investasi saham tersebut Anda tujukan untuk dana pensiun 20 tahun mendatang misalnya, maka gejolak ekonomi tidak akan mengganggu ketenangan Anda.
Mengenal tujuan dan instrumen investasi merupakan hal mendasar yang wajib dipertimbangkan dahulu secara matang. Jangan sampai Anda terjebak dengan membeli produk investasi terlebih dahulu sebelum Anda menentukan tujuan keuangan Anda. Ada banyak pilihan jika Anda memang menginginkan investasi jangka pendek atau di bawah 5 tahun. Deposito atau reksa dana pasar uang adalah pilihan yang menarik untuk dicoba.
Post A Comment:
0 comments: